Pages

Selasa, 13 Juli 2010

Pikiran Melahirkan Kebiasaan

Sebuah lembaga penelitian di Toronto, Kanada, melakukan rese tenang kebiasaan. Uji coba yang dilakukan erhadap dua ekor belalang peloncat. Disebut peloncat karena untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain ia tidak berjalan, tetapi dengan meloncat. Loncatannya kadangkala mencapai satu meter. Peneliti meletakan belalang tersebut ke dalam tabung kaca yang separuhnya berisi air. Setelah itu tabung ditutup rapat dengan tembaga. Agar tidak mati tenggelam, tentu belalang ini ingin keluar dari tabung. Untuk itu belang tersebut terus meloncat. Namun, setiap usahanya, ia membentur tutup tembaga, dan begitu seterusnya.

Lama-kelamaan, belalang tersebut tidak berusaha sama sekali. Karena jika memaksakan diri, ia akan selalu membentur tutup tembaga tersebut. Pada saat itulah para peneliti membuka tutup tembaga tersebut, dan membiarkan tabung terbuka. Apa yang terjadi??? Belalang tersebut tidak membebaskan dirinya sama sekali. Sebab, ia sudah terbiasa untuk tidak berusaha kerena program yang telah ada dalam dirinya. Ia erus diam di air hingga tenggelam dan mati. Hasil penelitian tersebu menunjukan bahwa seekor belalang yang aktif meloncat tinggi dari suatu tempat ke tempat lain ternyata putus asa/harapan setelah mencoba barkali-kali. Ia telah deprogram oleh kebiasaan barunya yang membuatnya tidak berusaha untuk meloncat tinggi lagi meskipun untk menyelamatkan diri. Mengapa demikian? Karena peristiwa yang sudah berkali-kali dilakukan, akumulasi pengalaman, dan hasil yang dialami menyebabkan kebiasaan tidak berusaha meloncat meskipun tutup tabung sudah di buka.

Pada akhir riset, para penelii menambahkan bahwa kebiasaan manusia terbentuk dengan cara yang sama, yaitu pengulangan perilaku dan kemudian diikat oleh perasaan. Maka terbentuklah file khusus yang berkaitan dengan kebiasaan tersebut. Setiap kali perilaku itu diulang maka kuatlah rekaman yang terrsimpan di akal bawah sadar. Jika pada kesempatan lain ia menghadapi kondisi yang sama maka ia akan bersikap sama.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cara hidup sebagian orang deprogram oleh dunia di luar dirinya. Dari waktu ke waktu dia hanya mengeluhkan apa yang terjadi padanya, tapi idak melakukan apa pun untuk membuat perubahan positif. Hidupnya menjadi monoton dan keluh kesah menjadi kebiasaan.

Contohnya adalah kebiasaan merokok yang ersebar luas di dunia. Setiap perokok tahu betul bahwa kebiasaan ini negatif dan berbahaya baik bagi dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Mereka juga tahu bahwa lembaga kesehatan seluruh dunia mengingatkan bahwa merokok dapat menyebabkan segala macam kanker, pembekuan, hilang ingatan, gagal ginjal, dan lamah syahwat. Lebih dari itu, semua tahu bahwa hokum merokok itu haram karena berdampak negatif terhadap kesehatan, mental, seksualitas, dan keuangan. Anehnya, banyak orang tetap merokok, mengapa demikian? Karena sudah manjadi kebiasaan yang tersimpan kuat didalam akal bawah sadarnya yang dihubungkan dengan kebahagiaan, ketenangan, dan cara menghindar dari problem tertentu. Banyak orang berusaha lari dri kebiasaan buruk ini. Untuk beberpa lama mereka berhasil tidak menjamah rokok. Namun, ketika menghadapi persoalan hidup,ia kembali merokok. Karena merokok sudah biasa dijadikan sebagai car melarikan diri dari masalah yang dihadapi untuk mendapatkan ketenangan.

Hal serupa juga terjadi pada jutaan orrang yang berusaha mengurangi berat badan yang dipenuhi lemak yang menurut penelitian medis menyebabkan banyak penyakit, terutama penyakit jantung. Mereka ikut program diet. Namun tak lama kemudian mereka kembali pada kebiasaan lama mereka.

Kita bisa membandingkan setiap kebiasaan yang diprogram manusia sehingga menjadi kuat dan tidak bisa diubah. Hal ini membuat kita berpikir tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan kebiasaan? Bagaimana kebiasaan menguat hingga orang merasa sulit mengubahnya?

Kebiasaan adalah pikiran yang diciptakan seseorang dalam benaknya, kemudian dihubungkan dengan perasaan dan diulang-ulang hingga akal meyakininya sebagai bagian dari perilakunya.

Sumber: Dr. Ibrahim Elfiky
Diberdayakan oleh Blogger.